IDENTITAS
NASIONAL
Identitas Nasional pada hakikatnya merupakan "manifestasi nilai-nilai budaya yang tumbuh dan berkembang dalam aspek kehidupan suatu nation (bangsa) dengan ciri-ciri khas, dan dengan ciri-ciri yang khas tadi suatu bangsa berbeda dengan bangsa lain dalam hidup dan kehidupannya".(Wibisono Koento: 2005)
Globalisasi diartikan sebagai suatu era atau zaman yang ditandai dengan perubahan tatanan kehidupan dunia akibat kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya teknologi informasi sehingga interaksi manusia nienjadi sempit, serta seolah-olah dunia tanpa ruang.
Integrasi Nasional adalah penyatuan bagian-bagian yang bcrbeda dari suatu masyarakat menjadi suatu keseluruan yang lebih utuh atau memadukan masyarakat-masyarakat kecil yang banyak jumlahnya menjadi suatu bangsa. Integrasi nasional tidak lepas dari pengertian integrasi sosial yang mempunyai arti perpaduan dari kelompok-kclornpok masyarakat yang asalnya berbeda menjadi suatu kelompok besar dengan cara melenyapkan perbedaan dan jati diri masing-masing. Dalam arti ini, integrasi sosial sama artinya dengan asimilasi atau pembauran.
Latar Belakang dan Pengertian Identitas Nasional
Situasi dan kondisi
masyarakat dewasa ini menjadikan kita prihatin dan sekaligus mcrasa ikut
bertanggung jawab atas tercabik-cabiknya Indonesia serta kerusakan social
yang menimpa masyarakatnya. Bangsa Indonesia yang dahulu dikenal
sebagai "hezachsfe volk ter aarde "( bangsa yang paling
"halus" atau sopan di bumi) dalam pergaulan antarbangsa, kini sedang
mengalami bukan saja krisis identitas, melainkan juga krisis dalam berbagai
dimensi kehidupan yang melahirkan instabilitas yang berkepanjangan semenjak
reformasi digulirkan pada tahun 1998. (Koento W: 2005)Krisis moneter yang disusul krisis ekonomi dan politik yang akar-akarnya tcrtanam dalam krisis moral dan menjalar ke dalam krisis budaya, menjadikan masyarakat kita kehilangan orientasi nilai. Masyarakat Indonesia yang dikenal ramah, hancur porak-poranda, kemudian menjadi kasar, serta gersang dalam kemiskinan budaya dan kekeringan spritual. "Social terorism" mimcul dan berkembang di sana-sini dalam ,fenomena pcrgolakan fisik, pembakaran, dan penjarahan yang disertasi pembunuhan sebagaimana terjadi di Poso, Ambon, dan bom bunuh diri di berbagai tempat yang disiarkan secara luas, baik oleh media massa di dalam maupun di luar negeri. Semenjak peristiwa pcrgolakan antaretnis di Kalimantan Barat, bangsa Indonesia di forum internasional dilecehkan sebagai bangsa yang telah kehilangan peradabannya
Kehalusan budi, sopan santun dalam sikap dan perbuatan, kerukunan, toleransi, serta solidaritas sosial, idealisme, dan sebagainya telah hilang hanyut dilanda oleh derasnya arus modernisasi dan globalisasi yang penuh paradoks. Berbagai lembaga kocar-kacir semuanya dalam malfungsi dan disfungsi. Trust atau kepercayaan di antara sesama, baik vertikal maupun horisontal telah lenyap dalam kehidupan bermasyarakat. Identitas nasional kita dilecehkan dan dipertanyakan eksistensinya.
Krisis multidimensi yang sedang melanda masyarakat menyadarkan kita semua bahwa pelestarian budaya sebagai upaya untuk mengembangkan Identitas Nasional telah ditegaskan sebagai komitmen konstitusional, sebagaimana telah dirumuskan oleh para pendiri negara dalam Pembukaan UUD 1945 yang intinya adalah memajukan kebudayaan Indonesia. Dengan demikian, secara konstitusional pengembangan kebudayaan untuk mernbina dan mengembangkan Identitas Nasional telah diberi dasar dan arahnya.
Globalisasi
Sebagai
proses, globalisasi berlangsung melalui dua dimensi dalam interaksi antar
bangsa, yaitu dimensi ruang dan waktu. Ruang makin dipersempit dan waktu makin
dipersingkat dalam interaksi dan komunikasi pada skala dunia. Globalisasi
berlangsung di semua bidang kehidupan seperti bidang ideologi, politik,
ekonomi, sosial budaya, pertahanan keamanan dan lain- lain. Teknologi informasi
dan komunikasi adalah faktor pendukung utama dalam globalisasi. Dewasa ini,
perkembangan teknologi begitu cepat sehingga segala informasi dengan berbagai
bentuk dan kepentingan dapat tersebar luas ke seluruh dunia.Oleh karena
itu globalisasi tidak dapat kita hindari kehadirannya.
Berkembangnya
proses globalisasi yang melahirkan neolibralisme dan kapitalisme. Hal ini
dimulai berbagai kesepakatan melalui konfrensi internasional : WTO APEC. AFTA
dan bentuk kesepakatan yang lain yang berhubungan dengan perekonomian, sosial
dan politik yg dapat menindas masyarakat lemah baik dari segi ekonomi, sosial,
politik.
Jerry
Mander, Debi Barker, dan David Korten tanpa ragu menegaskan,”Kebijakan
globalisasi ekonomi, sebagaimana dijalankan oleh Bank Dunia, IMF, dan WTO,
sesungguhnya jauh lebih banyak menciptakan kemiskinan ketimbang memberikan
jalan keluar.” (The International Forum on Globalization, 2004:8). Jadi,
globalisasi adalah produsen kemiskinan.
Anis
Malik Toha (2005:48) menerangkan di antara dampak globalisasi adalah,”…manusia
harus mengubah (revise) atau merombak (deconstruct) pemikiran-pemikiran dan
keyakinan-keyakinan agama tradisional agar seirama dengan semangat zaman, dan
nilai-nilai yang diyakini “universal.”"
1.
Globalisasi politik, pemerintahan dijalankan
berdasarkan paham demokrasi /politik liberal, padahal demokrasi Pancasila bukan
demokrasi liberal. Dampaknya adalah politik moral yang menjadi ciri bangsa
semakin lama luntur dan melahirkan pemimpin yang kurang menghargai nilai moral.
2.
Globalisasi mampu meyakinkan masyarakat Indonesia bahwa
liberalisme dapat membawa kemajuan dan kemakmuran. Sehingga tidak menutup
kemungkinan berubah arah dari ideologi Pancasila ke ideologi liberalisme. Jika
hal tesebut terjadi akibatnya masyarakat berperilaku bebas sehingga budaya yang
berpegang teguh pada moral akan lemah bahkan hilang
3.
Dari globalisasi aspek ekonomi, menjadikan
kebijakan ekonomi lebih berpihak pada sektor non riil ( pasar uang dan pasar
modal ), akibatnya adalah kesenjangan ekonomi / kemiskinan struktural yang
berdampak pada perpecahan dan lemahnya persatuan.
4.
Semakin menonjolnya sikap materialis, yang berarti
harkat dan martabat kemanusiaan hanya diukur dari hasil atau keberhasilan
scseorang dalam mcmperoleh kekayaan. Hal ini bisa berakibat bagaimana cara memperoleh
dan mengalokasikan menjadi tidak dipersoalkan lagi. Apabila hal ini terjadi,
berarti moral telah dikesampingkan.
5.
Munculnya sikap individualisme yang
menimbulkan ketidakpedulian antarperilaku sesama warga. Dengan adanya
individualisme maka orang tidak akan peduli dengan kehidupan bangsa.
0 Response to "IDENTITAS NASIONAL"
Post a Comment